Pengalaman Melahirkan Anak Pertama Secara Caesar (TRUE STORY)

testimoni operasi caesar menggunakan bpjs

Halo, apa kabar? Selamat datang di blog saya! Hari ini saya akan berbagi pengalaman tentang betapa mendebarkannya melahirkan bayi untuk pertama kali. Duh luar biasa banget deh pokoknya I do amazed! Wanita wajib merapat!

Semua ibu hamil pasti akan mengalami yang namanya melahirkan. Beberapa harus menjalaninya sebelum tiba waktu yang tepat alias prematur. Sebagian lainnya justru sebaliknya, si bayi tak kunjung lahir hingga lewat bulan. Duh!

Banyak lagi deh cerita bumil yang pastinya tidak bisa dituangkan di sini semuanya. Semoga saya bisa membagi cerita lagi di lain kesempatan. Aamiin.

Khusus untuk pembaca tulisan saya yang baik hati, yaitu Anda. Di sesi ini akan saya coba untuk menceritakan bagaimana rasanya melahirkan secara caesar. Akan saya coba untuk menuliskannya secara lengkap sesuai apa yang masih saya ingat. Semoga tidak banyak yang terlupakan.

Apa Itu Operasi Caesar?

Operasi sesar adalah suatu prosedur pembedahan yang dilakukan pada dinding perut serta rahim seorang ibu hamil agar bisa mengeluarkan bayi. Itulah pengertian sederhana dari istilah operasi caesar.

Kadang juga banyak yang menyebutnya dengan istilah caesar, saecar, sesar, CS, atau juga SC. Serba terbolak-balik gitu deh. Hehe... Agar tidak jadi semakin membingungkan, mari kita sebut saja dengan operasi caesar. Setuju ya?

Mengapa Caesar?

Tindakan ini dilakukan oleh sebab 2 hal. Pertama, sang ibu maupun keluarga ibu menginginkan tanggal tertentu untuk kelahiran si jabang bayi. Kedua, adanya kondisi medis yang membahayakan jika dilakukan persalinan normal.

Pada kasus saya, tindakan operasi terpaksa diambil untuk menghindari kondisi gawat darurat yang saya alami menjadi semakin parah. Lebih jelasnya akan saya paparkan pada paragraf dan poin selanjutnya.

Meski menginginkan persalinan normal, ternyata saya mengalami suatu kendala yang tak terduga di akhir trimester ketiga. Setelah dilakukan pemantauan khusus secara rutin, akhirnya jalan inilah yang harus diambil. Detailnya akan dipaparkan di poin selanjutnya.

Kehamilanku

Di awal kehamilan, saya pernah mengalami sedikit flek darah saat menginjak bulan ketiga. Anda bisa membaca pengalaman saya di sini.

Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata saya mengalami sebuah kondisi yang dinamakan dengan istilah  plasenta previa atau plasenta letak rendah. Ini juga menjadi penyebab dari terjadinya perdarahan ringan tersebut.

Dokter menyarankan agar saya ekstra hati-hati dalam menjalani kehamilan. Plasenta yang terlalu turun bisa menyebabkan berbagai akibat yang kurang baik. Salah satunya yaitu terjadinya perdarahan hebat.

Alhamdulillah kehamilan saya bisa dipertahankan hingga akhir trimester 3. Namun di akhir masa kehamilan, tepatnya pada hari perkiraan lahir, tanda persalinan belum juga muncul. Ini berlanjut hingga H+7 pasca HPL.

Saat diperiksa ternyata telah terjadi pengapuran pada plasenta. Lebih gawatnya lagi, jumlah air ketuban telah menipis. Hanya tersisa sedikit saja untuk bekal hidup si buah hati di dalam perut. Saat itu rasanya sangat khawatir.

Namun saya harus tetap tenang. Tim dokter spesialis kandungan di rumah sakit tempat saya memeriksakan kandungan ini juga sangat profesional. Jadi, kepanikan pun bisa saya redam dengan sukses.

Proses Kelahiran Si Buah Hati

Hari itu Kamis, 20 Desember 2018. Saya dan suami menyambangi rumah sakit Siaga Medika Banyumas untuk melakukan kontrol kehamilan sseperti biasa. Namun di luar rencana, dokter menemukan sesuatu yang serius.

Akhirnya hari itu juga saya dirawat. Jarum dan selang infus langsung tertancap di pergelangan tangan kiri. Awalnya saya masih bersikukuh bertanya pada dokter, apakah masih bisa dilakukan persalinan per vaginal?

Dokter bilang akan mencobanya dulu. Akhirnya sekitar jam 12 malam dilakukanlah induksi persalinan yang dilakukan per vaginal. Katanya kalau berhasil maka nyeri yang dirasakan akan lebih hebat daripada kontraksi yang terjadi secara alami. Dengan mantap saya mengiyakan.

Selang 6 jam ternyata belum ada reaksi apapun. Para bidan menginduksi saya untuk kedua kalinya. Alat deteksi detak jantung janin juga telah terpasang di ibu jari untuk memantau aktivitas di dalam rahim. Apakah induksi kedua membuahkan hasil? Ternyata...belum juga!

Setelah 6 jam, sekitar pukul 12 siang dilakukanlah percobaan induksi untuk ketiga sekaligus terakhir kali. Yups! Paramedis hanya diperkenankan untuk melakukan induksi persalinan maksimal 3 kali berturut-turut dalam satu waktu. Ini demi menjaga keselamatan ibu & bayi.

Inilah induksi terakhir. Saya tak henti berdoa sembari sesekali makan. Kata bidan mumpung bisa makan maka makanlah untuk cadangan energi. Nanti kalau sudah mulai kontraksi tidak akan sempat lagi memikirkan makanan. Begitu ujar mereka. Saya mengikuti saja instruksi yang diberikan.

Detik demi detik menguap seiring rasa kantuk yang kian hinggap. Kontraksi itupun masih jauh di angan-angan. Hingga akhirnya dokter menjadwalkan operasi malam itu juga. Ada kecewa yang terbesit, sedikit.

Sebelum dilakukan tindakan, saya diminta untuk menandatangani sebuah surat persetujuan. Di sana terdapat pernyataan yang menyatakan bahwa saya setuju dengan segala prosedur yang akan dilakukan.

Saya yang saat itu ditemani oleh suami dan orangtua tercinta menandatangani lalu menunggu tiba giliran masuk kamar pembedahan. Sudah siap dengan pakaian operasi. Kala itu saya dijadwalkan dibedah pasca ibadah shalat isya.

Dalam hati bertanya, seperti apa operasi caesar? Berapa lama operasi caesar berlangsung? Apakah operasi caesar terasa sakit? Apakah selama operasi caesar boleh ditemani oleh suami? Ah sudahlah, tinggal dijalani saja!

Kemudian satu per satu pertanyaan tersebut pun terjawab saat diri ini menjalani prosedur operasi sesar. Harus melahirkan anak pertama dengan cara operasi sesar tentu tidak semudah yang Anda bayangkan.

Pertama, Anda akan diberi pakaian operasi oleh perawat dan bidan. Kemudian bidan yang bertugas akan membawa Anda ke ruangan operasi. Ada satu bidan yang akan mendampingi Anda selama proses berlangsung. 

Psst...ruangan operasi akan terasa sangat dingin. Suhu ruangan sengaja dibuat sedemikian agar mikroba tidak dapat berkembangbiak. Rasanya kira-kira mirip seperti berada di dalam freezer lemari es. So, be ready!

Bidan perempuan harus ada karena pada umumnya petugas di ruangan operasi semuanya laki-laki. Saat itu dokter kandungan saya juga seorang pria. Didampingi oleh dokter anestesi dan juga beberapa perawat yang semuanya juga laki-laki.

Saat masuk ke ruangan OK, Anda akan berbaring di sebuah ruangan tunggu. Di sana ada juga pasien lain yang sama-sama mengantri untuk dioperasi. Saat tiba giliran Anda, perawat akan datang menjemput.

Anda kemudian didorong memasuki sebuah ruangan yang merupakan tempat operasi akan dilakukan. Secara perlahan Anda akan dipindahkan dari bed pasien ke meja operasi. Jika ini adalah pertama kalinya maka akan ada sedikit deg-degan.

Setelah itu lampu operasi dinyalakan, jepret! Seketika ruangan menjadi terang benderang seperti di studio foto. Bidan akan memasang kateter guna mengosongkan kandung kemih. Rasanya cukup tidak nyaman, sih.

Setelah itu tibalah giliran dokter anestesi untuk beraksi. Suntik anesteri caesar adalah sebuah suntikan epidural yang dilakukan di bagian tulang belakang. Tak lama berselang, Anda akan mengalami mati rasa dari pinggang ke bawah.

Dokter anestesi akan tetap berada di samping Anda di sepanjang prosedur operasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan tidak ada efek negatif yang terjadi setelah suntikan dilakukan.

Saya sendiri merasakan mual yang cukup mengganggu saat operasi berlangsung. Rasanya ingin muntah tapi tubuh tak berdaya akibat mati rasa. Jadinya benar-benar sangat tidak nyaman! Untungnya dokter anestesinya siaga.

Dokter SPOG akan mengecek apakah bius sudah bekerja dengan cara mencubit bagian kaki sambil bertanya "terasa tidak Bu?". FYI, ibu hamil akan dipanggil dengan sebutan ibu meski usianya masih muda. Setelah efek bius berhasil bekerja, prosedur pembedahan pun dilakukan.

Anda akan tetap terjaga dan dapat mendengar serta melihat kondisi sekeliling dengan baik. Saat itu ada tabir dengan tinggi sekitar 50 cm yang terpasang di bawah dada. Saya bisa melihat para dokter di balik tabir, begitupun sebaliknya. Hanya saja saya tidak bisa melihat bagian perut.

Percakapan lucu dilakukan paramedis untuk mencairkan suasana. Alhamdulillah saya merasa lebih tenang bahkan bisa ikut tertawa. Hehe... Tidak butuh waktu lama, bayi saya lahir dalam 10 menit.

Tangisannya pecah memenuhi ruangan. Dokter bilang kalau bayi saya menangis paling keras diantara yang lainnya. Sesaat setelah lahir, bayi ditunjukkan pada saya lalu dibawa ke ruangan khusus untuk dimandikan, diberikan antibiotik, dll.

Saya masih terbujur di atas meja operasi. Kini saatnya untuk menjahit sayatan yang ada. Sobekan yang dibuat cukup lebar karena bayi saya berbobot 4,2 kg. Yang saya rasakan adalah tarikan-tarikan kuat di perut.

Proses jahit-menjahit membutuhkan waktu sedikit lebih lama. Di proses ini dokter akan menjahit, mengelem, bahkan menstaples jaringan kulit Anda dengan peralatan khusus. Setelah sekitar 20 menit berselang, seluruh prosedur selesai. Saya diantar ke ruangan pemulihan.

Di ruangan ini Anda akan berada bersama dengan pasien lainnya yang juga baru saja dioperasi. Tidak hanya caesar, di sini Anda berkumpul dengan pasien dengan kasus pembedahan yang berlainan jenis.

Dalam masa menunggu kembali ke kamar perawatan, ada rasa tidak nyaman sekaligus aneh. Sebab, bagian pinggang ke bawah masih belum dapat digerakkan. Sensasinya antara gereget dan sedih.

Setelah sekitar 1 jam berada di ruangan tersebut, perlahan namun pasti efek bius mulai menghilang. Anda akan bisa merasakan kembali meski belum sepenuhnya. Berikutnya, Anda kembali ke kamar perawatan biasa.

Satu hari berselang, Anda harus sudah belajar memiringkan badan dan juga duduk. Di hari berikutnya, Anda sudah harus latihan berjalan. Rasanya memang benar-benar sakit sekali karena bius telah habis. Saya sampai menangis seperti anak kecil akibat kesulitan menyusui si buah hati karena nyeri luar biasa.

Pengalaman operasi caesar di tahun 2018 ini membuat saya tersadar bahwa prosedur ini tetap tidak lebih baik daripada prosedur normal. 

Dulu saat masih remaja saya pernah berpikir kalau melahirkan secara caesar lebih mudah. Lagian tidak usah mengejan si bayi sudah bisa keluar. Tapi kenyataannya jika tidak ada kendala medis, tetap saja persalinan normal adalah yang terbaik.


Takeaways

Bagi Anda yang hendak menjalani persalinan secara sesar, sebaiknya persiapkan segalanya dengan matang. Mulai dari asupan makanan hingga keuangan harus sudah tertata rapi agar tidak menambah beban ibu hamil.

Jika memang operasi harus dilakukan, tetaplah tenang dan berpikir positif. Apapun prosedurnya, Anda tetaplah ibu yang hebat. Karena apapun itu tetaplah tidak ada proses melahirkan yang tidak sakit.

Namun di akhir kata, jika boleh saya memberikan pandangan saya, tetap usahakan untuk bersalin secara normal. Alasannya tentu banyak sekali. Salah satunya lebih aman serta proses pemulihannya jauh lebih cepat. Psst...ada satu lagi, perbedaan biaya yang dibutuhkan bagaikan bumi dan langit lho! Hehe

Oke, sekian dulu untuk edisi hari ini. Semoga tulisan ini bermanfaat dan sampai berjumpa kembali di artikel berikutnya, insyaa Allah!

Mempunyai pertanyaan, kritik, atau saran terkait tulisan di atas? Yuk tinggalkan pesan Anda di kolom komentar. Kuylah komen?! ^_^


(diens)

Posting Komentar untuk "Pengalaman Melahirkan Anak Pertama Secara Caesar (TRUE STORY)"