Pengalaman Terkena Bell's Palsy Karena Kecelakaan


Coretan ini sekedar sebagian kisah hidup dari hidup seorang gadis desa yang sangat beruntung. Bukan karena kelimpahan materi yang bergunung-gunung. Bukan pula karena cantiknya paras yang sampai membuat para pria tercenung. Namun ini adalah tentang hal lain yang membuatnya jauh lebih beruntung.

Sedikit Tentang Bell's Palsy
Sebelum bercerita, izinkan saya bertanya. Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan cerebellum paralysis?. Mungkin beberapa dari Anda ada yang sudah familiar dengan nama tersebut. Bell's palsy merupakan sebuah kelainan syaraf yang mengakibatkan terjadinya cacat pada penderita. Bell's palsy biasa terjadi pada bagian wajah seseorang.

Istimewanya, saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang harus mengalami kelainan itu. Lalu, apa yang saya lakukan? Logika saya berkata bahwa hal pertama yang harus saya lakukan adalah menjadi kuat dan sabar. Hmm... Apakah kuat dan sabar bisa datang seketika? Tentu saja tidak, karena kedua hal itu harus ditumbuhkan dan terus dipupuk.

Kesabaran itu ibarat tetesan air yang dengan penuh kelembutan membuat sebuah lesung pada batu di dasar goa. Memang butuh waktu lama hingga lesung itu terjadi. Dari kejadian air dan batu itu dapat kita lihat bersama bahwa kesulitan tak akan selamanya. Pastilah ada jalan untuk menaklukkan itu meski memang harus berbekal kesabaran yang sangat panjang.

Kemudian di sisi lain, kejadian tetesan air yang mampu melubangi batu ini juga dapat disimbolkan sebagai sebuah pemaknaan bahwa sekuat apapun seseorang dalam menghadapi keras dan peliknya hidup, pastilah ada sisi rapuhnya juga.

Menghadapi Kerasnya Takdir
Seperti ketika saya harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa kelainan Cerebellum Paralysis alias Bells Palsy yang saya derita ini tidak ada obatnya. Ya setidaknya sampai dengan teknologi medis termutakhir abad ini, belum ada treatment kesehatan yang bisa menjanjikan kesembuhan total bagi kecacatan syaraf saya ini.

Belum lagi masih harus dihantui oleh sakitnya Cephalgia Chronic yang seringkali datang dengan tiba-tiba. Dulu sebelum peristiwa kecelakaan itu terjadi, saya memiliki fisik yang alhamdulillah sehat, kuat, dan normal sejak lahir. Anugerah terindah yang dianugerahkan Allah subhanahu wa ta’ala pada saya tanpa saya memintanya. Namun kini semua itu hanya cerita lalu, hingga hari di mana saya mengalami kecelakaan lalu lintas di tahun 2009 silam.

Sudah ribuan hari berlalu dari peristiwa itu namun jejak peristiwanya masih terpatri di sini. Tak akan pernah memudar oleh bergantinya hari. Dunia terasa begitu suram dan berbeda. Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang terasa indah dan menyenangkan bagi saya di kala saya merasakan sakit. Namun haruskah saya berkutat dengan kesedihan ini? Selalu galau?. Tidak!

Akan jadi apa saya nanti jika saya sampai berpikir untuk berhenti di titik itu saja. Segala puji bagi Allah, Dia pinjamkan pada saya kekuatan dan ketabahan yang jauh lebih dari biasanya. Semua ini bukanlah dari saya karena segala kekuatan adalah milik-Nya.

6 Tahun
Sudah hampir memasuki tahun keenam semenjak peristiwa tragis itu terjadi, masih saja saya rasakan tubuh ini tak normal seperti layaknya dahulu. Daya tahan tubuh yang dulu menjadi perisai kuat bagi diri ini juga seperti melemah begitu saja. Ringkih.

Tentara pelindung itu kini berubah menjadi sederet pagar bambu yang rapuh. Tetapi saya mensyukuri anugerah ini. Setidaknya saya masih hidup dengan banyak anugerah lainnya. Masih terlampau banyak orang di luar sana yang jauh lebih kurang beruntung dari saya. Mengingat hal itu saya sadar harus bertahan sesakit dan sesulit apapun ini.

Kadang kala ketika  mata ini melihat teman-teman saya dapat dengan lincah pergi beraktivitas ke sana ke mari, rasa "iri" timbul berkelebat dalam hati ini. Ya Allah mengapa saya tak bisa lagi seperti mereka?. Saya juga anak sehat dan pintar. Saya bisa berkarya seperti mereka. Ahh itu kan dulu...sepertinya jiwa ini telah melamun terlalu jauh.

Di Akhir Malamku
Meski bagaimanapun keadaan saya hari ini, saya terus bersyukur dan melakukan upaya terbaik untuk diri sendiri dan juga orang-orang di sekitar saya.  Dalam sudut rasa sakit dan keterbatasan ini saya mencoba untuk berbagi dengan Anda. Siapapun Anda yang sedang merasa dalam penderitaan, ketahuilah bahwa di dunia ini bukan hanya Anda seorang diri.

Janganlah pernah merasa menjadi orang yang tidak beruntung, apalagi merasa menjadi yang paling tidak beruntung karena sesungguhnya orang yang paling tidak beruntung adalah mereka yang tidak dapat bersyukur atas nikmat-Nya.

Ada begitu banyak pintu yang bisa kita lewati untuk menempuh jalan-jalan yang indah menuju hari esok yang lebih baik. Temukanlah pintu itu dan jangan pernah menyerah pada rasa sakit juga gunjingan orang yang memandang sebelah mata. Berbuatlah kebaikan, panjatkan doa, percayalah bahwa Allah itu Maha baik. Selalu baik dan baik dan baik.

Tetaplah tersenyum, karena itu menguatkan.

(diens)

Posting Komentar untuk "Pengalaman Terkena Bell's Palsy Karena Kecelakaan"