Sisi Mistis Ambarawa (Tangisan Wanita Misterius)

Hello dear, welcome to my blog? Hari ini saya mau berbagi pengalaman horor waktu saya tinggal di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, yaitu Ambarawa.

Cerita ini settingnya di Ambarawa beberapa tahun silam, tepatnya di tahun 2012. Bisa dibilang ini cerita sudah cukup lama. Sebenarnya saya tidak punya niat mau membagikan ini di blog tapi berhubung ada request dari teman dekat (baca: pacar) buat berbagi pengalaman-pengalaman mistis di blog ini, jadilah cerita ini saya tulis di sini sekarang.

Ini seri pengalaman khusus horor dan ini 100% kisah nyata :)

Bulan Agustus 2012 bertepatan dengan bulan ramadhan dan juga momen praktik pengalaman lapangan di sebuah sekolah swasta di Ambarawa, yakni SMK Masehi PSAK Ambarawa. Kita anak-anak PPL UNNES yang kebagian jatah di sekolah itu memutuskan buat ngekos di sekitar tempat praktek. Setelah berkeliling kesana-kemari akhirnya kita menemukan satu rumah yang di depannya bertuliskan "menerima kost putri". Kita disambut oleh sang pemilik yang adalah seorang nenek dengan raut wajah yang masih cantik meski usianya telah renta. Beliau tinggal seorang diri di rumah itu.

Sambutan dari eyang sangat ramah, khas orang Jawa Tengah. Rumah kos kami ini ada di Kelurahan Lodoyong, Kecamatan Ambarawa. Sebuah wilayah yang cukup hangat dengan keramahan masyarakatnya. Menorehkan kenangan yang tak terlupakan. Oh iya rumah kos kami ini tidak terlalu jauh dari sekolah. Rumah yang sudah berusia cukup tua itu sangat adem. Namun entah kenapa hawa dingin itu terasa berbeda untuk saya.

Beberapa hari berselang, pindahan dimulai. Waktu itu sudah memasuki bulan ramadhan. Puasa-puasa gitu kita rombongan anak PPL UNNES di SMK MASEHI PSAK AMBARAWA dengan ikhlas rela panas-panasan untuk pindahan kos. Demi apa? Demi kamu, iya kamu #ehh Demi masa depan pastinya. Bawaan saya lumayan lah ada satu koper besar. Masih bonus bawa ember. Aduh! Sudah persis korban penggusuran?!. Hehe jangan dong!.

Pagi itu kami janjian bertemu di dekat kios Bakso Qta kemudian langsung cabut ke TKP. Selang beberapa lama kita sudah sampai di rumah yang bakal jadi tempat kos kita selama 3 bulan ke depan. "Assalamu'alaikum..." seru kami berbarengan. Keluarlah seorang eyang putri berusia sekitar 80 tahun berjalan pelan dengan bantuan sebuah kruk (alat bantu jalan). Setelah bercakap-cakap akhirnya kami tahu kalau nenek ini tinggal sendirian di rumah sebesar itu, makanya selain ditinggali, rumah itu juga disewakan kepada mereka yang butuh kos. Kesan pertama: iba dan ingat nenek sendiri di kampung. Huhuhu...

Setelah membayar biaya sewa dan dipersilakan masuk, kami menuju kamar masing-masing. Kamar saya bukan kamar permanen, hanya berupa ruangan tambahan yang disekat menggunakan triplek. Kamar saya ini posisinya ada di ruang keluarga, berdempelan dengan dapur. Lebih tepatnya ruang keluarga yang saat itu sudah beralih fungsi menjadi ruang makan sekaligus garasi juga. Multi purpose room. Kreatif lah! Hihi...

Tepat di sebelah kamarku ada dapur, di depan dapur ada kamar mandi, dan di belakang kamar mandi ada semacam tempat penyimpanan. Bisa juga disebut sebagai gudang yang rapi. Hehehe... Gudang ini luas banget. Mungkin dulu jadi tempat penyimpanan beras? Who knows. Di luar gudang, ada sedikit space untuk menjemur pakaian. Di sana juga ada sebuah WC dengan design ala zaman pra kemerdekaan yang punya aura kurang bagus. Sepertinya juga tidak pernah digunakan.

Mulai hari itu kami tinggal bersama eyang. Oya aku lupa memperkenalkan namanya. Nama beliau eyang Ayub. Sebenarnya nama itu didapatkan dari nama suami beliau yang adalah seorang polisi pada masanya. Di rumah itu juga tinggal seorang pedagang martabak mini, mas Desta namanya. Mas Desta berdagang martabak mini di lapangan Ambarawa pada malam hari. Dia adalah yang paling lama indekos di sini. Lalu di kamar paling depan ada sepasang suami-istri yang masih muda dengan pekerjaannya sebagai dokter. Mereka berdua lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. Ya, kami jarang berinteraksi dengan keduanya.

...setelah seminggu...

Hari-hari saya banyak diisi dengan insomnia di sini. Sebagai mahasiswa praktikan, pekerjaan kami mendadak membludak melebihi tugas ketika kuliah. Sepertinya semua tugas guru dihibahkan pada kami semua. Disyukuri saja, biar tidak terasa berat (tapi in fact tetap berat sih hiks). Setiap hari begadang sudah biasa. Luar biasa itu kalau begadang diiringi tangisan aneh tengah malam. Dan ini terjadi pada saya. Wiw! 

Begini ceritanya... Biasanya kami begadang rame-rame. Semua penghuni kos kumpul semua jadi tidak ada aura menyeramkan. Apesnya hari itu aku cuma tinggal berdua sama eyang karena teman-teman sudah pada mudik semuanya. 

FYI, bangunan rumah eyang ini sudah berdiri sejak Indonesia belum merdeka. Bisa dibilang usia hunian ini seumuran dengan bangunan bersejarah seperti Lawang Sewu. Satu hal yang membuat saya ciut nyali yaitu banyaknya jumlah lukisan di rumah eyang. Lukisan-lukisannya juga didominasi gambar manusia dan kata eyang, dari semuanya itu ada beberapa yang dihuni oleh jin. Contohnya lukisan RA Kartini yang tergantung di tempat kita menyimpan kendaraan itu. Suatu malam saya tidak sengaja melintas dan melirik ke arah lukisan. Astagfirullah saya lihat bola mata wanita di lukisan itu bergerak. Tapi saat itu saya mencoba berani biarpun sendirian, kan punya Allah. Saya pun kembali ke kamar lagi.

Malam berikutnya, saya masih terjaga sendirian di kamar sekat itu. Sangat sepi dan senyap. Eyang mungkin sudah pergi tidur di kamarnya. Kamar eyang ada di depan sedangkan kamarku di belakang sebelum dapur, kamar mandi, dan gudang. Rumah tua ini semakin menampakkan aura mistisnya yang kental. Hawa dingin berkeliaran sepanjang malam.

Waktu itu sekitar jam 2 dini hari dan saya sedang stay di kamar sambil internetan. Berusaha untuk memejamkan mata tapi susahnya minta tolong. Eh maksudnya minta ampun. Hehee... Di tengah senyap yang menggigit, tiba-tiba sepi itu pecah seketika. Oleh apa? Sayup-sayup terdengar suara tangis tersedu-sedu dari arah belakang. Suaranya terdengar begitu dekat, seperti di ruangan luar entah itu ruang keluarga atau gudang.

Mendengar suara seperti itu sontak bulu kuduk saya berdiri. Saya celingukan mencari barangkali eyang yang menangis. Ah impossible! Ini jelas suara tangisan wanita muda. Bukan suara embah buyut. Satu menit, dua menit, tiga menit belum juga tangisan itu berhenti. Yaa Allah saya harus bagaimana? Suaranya makin dekat!

'Wanita' itu menangis dengan sangat menyayat hati. Saya merasa kasihan tapi jelas juga takut. Tangisannya tidak meraung tapi sesenggukan dan iya, pelan. Bukan tangisan orang yang sedang cekcok rumahtangga juga. Sudah lebih dari lima menit dia menangis tersedu akhirnya diam. Saya hanya bisa terbengong tanpa kata di kamar sambil berdoa semoga dia tidak masuk ke kamar saya. Dunia seakan membeku.

Suara itu terdengar sangat JELAS di dalam rumah, bukan dari rumah tetangga. Merinding sudah pasti ya. Kasihan juga iya. Penasaran? Ada sedikit. Mungkin dia lagi butuh teman? Allahua'lam. Saya tidak mau memikirkan hal itu. Setelahnnya, kupaksakan mata untuk terpejam. Pokoknya harus bisa tidur! Hitung-hitung tindakan preventif kalau-kalau 'dia' tiba-tiba masuk kamar nyamperin saya. Huhu...

Bukan hal aneh kalau gangguan seperti itu kerap datang, apalagi saya termasuk yang cukup peka terhadap hal-hal magis seperti itu. Bangunan besar yang sering kosong tak berpenghuni, hasilnya dihuni oleh mereka yang tak kasat mata. Perasaan takut itu wajar tapi tidak semestinya kita kalah oleh rasa takut terhadap jin. Berdoa, beriman, insyaa Allah semua aman. Ada yang punya pengalaman serupa di Ambarawa? Share di kolom komentar ya?!

Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di tulisan berikutnya! ^_^

(diens)

Posting Komentar untuk "Sisi Mistis Ambarawa (Tangisan Wanita Misterius)"